Konsumsi Air Galon Bikin Warga Kelas Menengah RI Jadi Miskin?

Ekonom senior yang merupakan mantan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan turunnya tingkat ekonomi kelas menengah di Indonesia tidak hanya terjadi karena pandemi Covid-19 dan banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK). Melainkan juga akibat kebiasaan sehari-hari kebutuhan terhadap air kemasan, seperti galon.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas era pemerintahan Presiden Joko Widodo itu menekankan, kebiasaan mengkonsumsi air dalam kemasan tidak terjadi di semua negara.

Di negara maju misalnya, warga kelas menengah terbiasa menenggak air minum yang disediakan pemerintah di tempat-tempat umum. Dengan adanya fasilitas air minum massal itu, masyarakat negara maju tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli minum.

“Daya beli kelas menengahnya aman karena untuk air pun mereka tidak perlu mengeluarkan uang terlalu banyak,” kata dia.

Meski begitu, Bambang mengatakan faktor kebutuhan air minum hanyalah satu dari banyak faktor lain yang menyebabkan banyak kelas menengah turun ‘kasta’ ke kelas ekonomi yang lebih rendah. Bambang menduga faktor utama tumbangnya kelas menengah RI adalah pandemi Covid-19.

“Penyebabnya itu variatif. Karena kan kita lihat datanya dari 2019 ke 2023. Jadi penyebab pertama adalah Covid,” ujar dia.

Selama Covid-19, kata dia, banyak kelas menengah kehilangan pekerjaan. Sementara sebagian lainnya, mengalami kebangkrutan bisnis. “Jangan lupa loh Covid itu terjadi 2 tahun dan yang terjadi pada waktu itu ada kelas menengah yang kehilangan pekerjaan dan kelas menengah yang bisnisnya berhenti atau bangkrut,” ungkapnya.

Apesnya, kata dia, setelah pandemi mereda masyarakat kembali dihantam problem lainnya seperti tingkat suku bunga yang tinggi. Kenaikan suku bunga itu, kata dia, mau tak mau turut mempengaruhi perekonomian.

Tak cuma suku bunga tinggi, Bambang mengatakan upaya kelas menengah untuk bangkit dari Covid-19 juga dihantam oleh naiknya harga beras karena efek El Nino. Meskipun inflasi secara umum stabil, Bambang mengatakan kenaikan harga beras itu membuat daya beli kelas menengah menurun.

“Kombinasi itulah yang membuat sebagian kelas menengah itu turun ke aspiring middle class,” kata dia.

Bambang turut mengingatkan, fenomena judi online juga amat mempengaruhi kondisi perekonomian seseorang karena sifatnya yang sangat adiktif. Menurut dia, karena itu kegiatan ini sangat menguras kantong masyarakat. “Karena sifatnya adiktif, itu cepat sekali menghabiskan income kita,” kata dia.
.
Apa yang dapat kita pahami dari berita ini?
Berapa persen penurunan jumlah kelas menengah di Indonesia dari 2019 ke 2024??
Berapa juta warga kelas menengah di Indonesia turun kelas dari 2019 ke 2024??
Berapa persen angka kelompok masyarakat rentan miskin yang membengkak dari 2019 ke tahun 2024??
Apa indikasinya penduduk kelas menengah di Indonesia juga rentan miskin selama 10 tahun terakhir??
Berapa batas atas & batas bawah pendapatan per kapita pengelompokkan kelas menengah per 2024??
Berapa modus pengeluarannya kelas menengah pada 2024 dibandingkan thn 2014??
Apa saja penyebab turunnya tingkat ekonomi kelas menengah di Indonesia menurut ekonom senior yang merupakan mantan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro??
Apakah kebiasaan mengkonsumsi air dalam kemasan tidak terjadi di semua negara??
Bagaimana pengaruh terhadap daya beli kelas menengah di negara maju dengan adanya fasilitas air minum massal yang disediakan pemerintah di tempat-tempat umum??
Maukah Anda menghemat konsumsi air minum Anda & keluarga dengan air minum tanpa galon yang lebih aman bagi kesehatan (bebas mikroplastik, bebas BPA, bebas etilen glikol, & bebas logam berat)??
Maukah Anda membeli pemurni air Coway dengan sistem kontrak layanan (tanpa DP, tanpa riba, tanpa denda, tanpa sita, tanpa leasing) yang lebih hemat dibandingkan membeli air minum dalam kemasan (AMDK) yang Anda konsumsi setiap hari saat ini??
.
Untuk informasi kontrak layanan pemurni air Coway, silahkan menghubungi kami di 08112639648
.
#Coway
#AirPurifier
#WaterPurifier
#FamilyHealth
#HalalCertified
#HealthProtection
#HealthInvestment